3.2.a.4 Eksplorasi Konsep - Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
- Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem
dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, maka
faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam kelompok biotik dan abiotik?
- Bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan dalam
mengelola ekosistem sekolahnya?
- Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah
sebagai pemimpin ekosistem sekolah?
- Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam
mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien?
- Seberapa besar dampak sumber daya (fasilitas) yang sekolah miliki
untuk memfasilitasi proses pembelajaran murid saat ini? Jelaskan!
- Sejauh mana sumber daya
sekolah yang kita miliki sudah kita gunakan secara efektif untuk mendukung
kualitas pembelajaran di sekolah? Jelaskan!
- Adakah cara alternatif
yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang sudah ada demi
meningkatkan kualitas pembelajaran murid?
- Sudahkah sekolah
memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar? Bagaimana pemanfaatannya?
Jawaban:
1. Faktor biotik : Pendidik dan Tenaga kependidikan,
Kepala sekolah dan Siswa, Faktor Abiotik : bangunan sekolah, buku, meja, kursi,
halaman sekolah. 2.Peranan Kepala Sekolah harus bisa menjadi seorang pemimpin
yang mampu mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang ada pada ekosistem
sekolah 3. Kemampuan manajerial, kemampuan sosial, Kemampuan Supervisi,
Kemampuan kepribadian dan Kemampuan
kewirausahaan 4. Harus mampu menganalisis potensi ekosistem sekolah
sebagai dasar dalam upaya pengembangan seluruh komponen ekosistem sekolah 5. pengunaan fasilitas yang ada disekolah sangat
berdampak sekali, dengan memanfaatkan fasilitas tersebut, dapat menciptakan
pengalaman belajar yang lebih menarik dan bervariasi bagi murid 6. Digunakan
sebagai bagian dari upaya pencapaian potensi terbaik dari murid 7. misalnya
penggunaan koneksi internet untuk menciptakan pembelajaran yang lebih
bervariasi dan mengikuti perkembangan jaman 8. Sudah, dengan cara memaksimalkan
potensi yang ada untuk kepentingan pembelajaran murid
2. Semua komponen di dalam ekosistem sekolah (biotik
dan abiotik)saling berinteraksi dan berpengaruh satu sama lain dalam
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa. Oleh karena itu, penting
untuk memahami dan memperhatikan ekosistem sekolah dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan
3. Pendekatan
berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian
kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi
dengan baik. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah cara
praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan
kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada
apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan
ataupun potensi yang positif. Ada 7 aset utama, yaitu modal manusia, modal sosial,
modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik serta modal
agama dan budaya
4. Pendekatan Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas
untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan
kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri sehingga menjadi
lebih produktif, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
5. Karakteristik komunitas sekolah yang
sehat dan resilien yaitu : Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi
anggota masyarakat, Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, Membangun koneksi dan
kolaborasi, Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada, Membentuk
masa depannya, Bertindak dengan obsesi ide dan peluang, Merangkul perubahan dan
bertanggung jawab dan Menghasilkan kepemimpinan
6. Menurut Green dan Haines (2016)
ada 7 modal utama yang merupakan salah satu alat yang dapat membantu
menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah, yaitu : modal manusia,
modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya,Modal Fisik,Modal
lingkungan/alam dan modal finansial
7. Dari dua video tersebut sangat
jelas tergambar perbedaan suasana yang diciptakan oleh seorang pemimpin dalam
mengelola sumber daya. Dalam video pertama Seorang pemimpin mengawali acara
rapat perpisahan dalam suasana yang pesimis dengan mengungkapkan segala
kekurangan yang ada tanpa mengeluarkan ide yang memberdayakan (pendekatan
berbasis kekurangan),sementara pada video yang kedua suasan yang tercipta
adalah suasana yang hangat dan rasa optimis,meskipun dalam keadaan terbatas
namun seorang pemimpin sangat jeli dengan memfasilitasi terciptanya suasana
rapat yang optimis sehingga bisa menstimulasi ide-ide bebasis aset dari semua
guru (pendekatan berbasis aset) . Intinya segala keterbatasan dapat diatasi
dengan potensi kekuatan yang ada.
8. Video pertama menggunakan
pendekatan berbasis kekurangan karena Seorang pemimpin mengawali acara rapat
perpisahan dalam suasana yang pesimis dengan mengungkapkan segala kekurangan
yang ada tanpa mengeluarkan ide yang memberdayakan
Video yang kedua menggunakan
pendekatan berbasis aset karena seoang pemimpin berupaya menciptakan suasana
yang hangat dan rasa optimis,meskipun dalam keadaan terbatas namun seorang
pemimpin sangat jeli dengan memfasilitasi terciptanya suasana rapat yang optimis
sehingga bisa menstimulasi ide-ide bebasis aset dari semua guru
9. Pengalaman saya dalam
melaksanakan rapat yaitu membahas hal-hal menjadi kekurangan sekolah dan
kekuatan yang dimiliki oleh sekolah, tetapi mayoritas permasalahan yang dibahas
adalah kekurangan yang dimiliki sekolah
10. Yang pernah saya alami ketika
berdiskusi dengan sesama guru terkait dengan murid-murid, yang menjadi bahasan
diskusi yaitu kekurangannya,kenakalannya,kebaikannya dan juga kekuatannya.
3.2.a.4.1 Eksplorasi Konsep - Pertanyaan Pemantik
1. Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah
kita mengganti kata komunitas menjadi sekolah,
Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?
Bisa, menggunakan
pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset untuk mengelola sumber daya
sekolah. Bisa, mengganti kata komunitas menjadi sekolah karena sekolah
merupakan komunitas. Dengena pendekatan berbasis aset maka kita lebih
menggunakan kekuatan sekolah kita sebagai aset untuk mengatasi solusi yang
dihadapi, bukan hanya berkutat dan membicarakan kelemahan, kekurangan yang
membuat kita pesimis dan kurang kreatif
2. Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah
kita dengan pendekatan PKBA?
Pendekatan Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan
kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan
yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri
mereka sendiri. Contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan pendekatan
PKBA memanfaatkan keharmonisan dan kolaborasi yang sudah tercipta. Dengan
adanya keharmonisan dan kolaborasi di lingkungan sekolah bisa menjadi modal
dalam pengelolaan sumber daya meskipun dalam keadaan terbatas. Semua unsur di
dalamnya akan saling memahami dan saling bekerja sama memanfaatkan potensi yang
ada dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah
3. Bagaimanakah selama ini kita mengelola
sumber daya? Apakah sudah menggunakan pendekatan PKBA?
Selama ini khususnya di
sekolah saya dalam hal pengolaan sumber daya kadang memang selalu diawali
dengan menginventarisir kekurangan kemudian berfokus pada penyelesaian masalah,
namun pada pelaksanaannya kita juga berupaya memanfaatkan kekuatan yang ada
dalam artian menerapkan pendekatan PKABA.
4. Jika belum, bagaimana caranya kita
mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset?
Kita harus berupaya untuk menggunakan
pendekatan sekolah berbasis asset. Begitu pun seluruh elemen yang terdapat di
sekolah harus melakukan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset untuk
mengelola sumber daya yang dimiliki dengan cara :Fokus pada aset dan kekuatan,
Membayangkan masa depan, Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan
kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, Mengorganisasikan kompetensi dan
sumber daya (aset dan kekuatan), Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan
kekuatan dan Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan
3.2.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Forum
Diskusi
Kasus
1
Ibu
Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang
tua. Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata
perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif
memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses
belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang
bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar
meskipun jam kosong.
Keadaan
berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan. Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas
karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu
Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid
tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan. Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut
muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan.
Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang
menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup
WhatsApp.
Beberapa
murid dipanggil oleh Guru BK. Ibu Lilin
juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima
penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau
memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan
tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh
guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan
bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.
Pertanyaan
Bagaimana
Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?
Hubungkan
dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan
Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.
Jawaban
:
Kasus
1 :
Saya
melihat kasus ibu Lilin menggunakan pendekatan berbasis
kekurangan, karena Ibu Lilin hanya fokus pada kekurangan yang ada, tanpa
mengadari untuk berupaya memahami bahwa setiap siswa mempunyai potensi dan kebutuhan
belajarnya masing-masing. Adalah hal terbaik untuk melihat dari sisi kekuatan/potensi
setiap siswa sehingga bisa berupaya untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang
heterogen tersebut.
Jika
saya kepala sekolah maka saya akan berbicara dan berdiskusi dengan Ibu Lilin,
diawali dengan mengkonfirmasi keluhan yang dialaminya. Melakukan coaching
sehingga bisa membangkitkan kekuatan yang dimiliki Ibu Lilin yang selama ini
belum tergali karena sudah terbiasa dihadapkan dengan murid-murid yang homogen
(kompetitip), kemudian mengajak Ibu Lilin juga menganalisis kekuatan potensi
siswanya yang heteogen sehingga bisa memberdayakan Ibu Lilin dalam menemukan
langkah terbaik menghadapi siswanya yang heteorgen.
Kasus
2
Pak
Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan
menyayangi murid layaknya anak sendiri.
Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah.
Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas
sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain
berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Secara
portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan
limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba
tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji
Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa
sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas
sekolah.
Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda
lakukan?
Jawaban :
Kasus 2 :
Saya memaklumi apa yang membuat pak Pupur sedih, karena selama ini Pak
Pupur merupakan guru yang sangat dicintai muridnya. Hal yang membuat sedih
yaitu jika Pak Pupur menjadi pengawas sekolah tentunya tidak bisa mengajar dan
bertatap muka setiap hari dengan muridnya itu. Namun dibalik semua itu Pak
Pupur harus lebih bersyukur karena dengan perannya selama ini membawa dampak
yang baik bagi sekolah sehingga pihak sekolah memberikan penghargaan dengan
mengusulkannya untuk mengikuti seleksi calon pengawas sekolah
Jika saya sebagai Kepala Sekolah, Maka saya akan memotivasi sehingga tidak
larut dalam kesedihannya dan memberikan mendukung penuh kepada Pak Pupur menjadi
Pengawas Sekolah, karena dengan segala kekuatan dan potensinya, Pak Pupur akan
memberikan dampak positif yang lebih luas lagi dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan
0 komentar:
Posting Komentar