Ciri-Ciri Pembelajaran yang Berdasarkan Pandangan Konstruktivisme


Kontruktivisme merupakan suatu pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikannya melalui pengalamannya. Ketika kita menemukan sesuatu yang baru, kita dapat merekonstruksinya dengan ide-ide awal dan pengalaman kita, jadi kemungkinan pengetahuan itu mengubah keyakinan kita atau merupakan informasi baru yang diabaikan karena merupakan sesuatu yang tidak relevan dengan ide awal. Untuk mengimplementasikan konstruktivisme di kelas, kita harus memiliki keyakinan bahwa ketika peserta didik datang ke kelas, otaknya tidak kosong dengan pengetahuan, mereka datang ke dalam situasi belajar dengan pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah ada dalam pikiran mereka. Jika sesuai, pengetahuan awal ini merupakan materi dasar untuk pengetahuan baru yang akan mereka kembangkan.
Proses belajar konstruktivisme menurut para konstruktivis Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Belajar berarti membentuk makna.
  2. Konstruksi arti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus menerus.
  3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu, yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
  4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalamkeraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
  5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya.
  6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pesertadidik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno, 1997:61).

Dengan adanya pandangan konstruktivisme, maka karakteristik iklim pembelajaran yang sesuai dengan konstruktivisme tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Peserta didik tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan individu yang memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya.
  2. Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya.
  3. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui seleksi secara personal dan sosial.
Iklim pembelajaran tersebut menuntut guru untuk :

  1. Mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa,
  2. Melibatkan siswa dalam kegiatan aktif, dan
  3. Memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas atau kelompok. (Horison, et al; Hewson, 1985, Bell, 1993, Driver & Leach, 1993 dalam Medriati Rosane , 1997:12). (bermutu)

Artikel Menarik Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © SHEV's Blog